Upaya pengendalian pandemi Covid-19 yang dilakukan Pemerintah bersama seluruh stakeholders, termasuk semua masyarakat Indonesia, telah berhasil mendongkrak pertumbuhan perekonomian nasional sebesar 3,69% (yoy) di 2021 lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020 yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Dengan angka pertumbuhan tersebut, Perekonomian Indonesia 2021 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp16.970,8 triliun dan PDB per kapita Indonesia meningkat menjadi Rp62,2 juta (atau setara dengan US$4.349,5), lebih tinggi dari PDB per kapita sebelum pandemi yang sebesar Rp59,3 juta di 2019. Apabila dilihat dari sisi produksi, lima sektor kontributor utama yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, kembali melanjutkan pertumbuhan positif dan mampu menopang ekonomi Indonesia.
Pencapaian tersebut juga akan membawa Indonesia masuk kembali dalam klasifikasi negara berpenghasilan menengah atas (upper middle-income country). Posisi ini merupakan fondasi awal yang sangat baik untuk mendorong pemulihan ekonomi dan reformasi struktural agar mampu keluar dari jebakan kelas menengah (middle-income trap). Secara spasial, Pulau Jawa sebagai basis industri dan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi berhasil tumbuh positif sebesar 3,66% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh wilayah Maluku dan Papua sebesar 10,09 (yoy), sejalan dengan tingginya pertumbuhan sektor pertambangan di kedua daerah tersebut serta imbas dari kenaikan harga komoditas sepanjang 2021.
Ekonomi Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai risiko di tahun 2022, terutama dari penyebaran kasus Covid-19 varian Omicron. Untuk itu, Pemerintah telah mempersiapkan berbagai strategi dalam memitigasinya. Prospek ke depan juga memperhatikan perkembangan harga komoditas, baik energi maupun non-energi. Peningkatan harga komoditas pertambangan di 2021 diharapkan masih berlanjut di 2022, sehingga akan mendorong produktivitas sektor pertambangan, yang berdampak bagus untuk daerah yang berbasis tambang. Oleh karena itu, strategi lainnya seperti program hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan percepatan transisi menuju ekonomi hijau, juga akan dilakukan guna memastikan ekonomi Indonesia siap pulih dari pandemi.
Dalam struktur PDB, Industri ekstraktif sektor migas dan minerba diklasifikasikan dalam lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 4,00 persen dibanding tahun 2020. Pertumbuhan utama terjadi pada lapangan usaha pertambangan batubara dan lignit sebesar 6,6%, pertambangan bijih logam 22,84%, sedangkan pertambangan migas turun 4,42% (Tabel 18).
Lapangan usaha pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 8,98 persen terhadap PDB Nasional yang didominasi oleh lapangan usaha pertambangan batubara dan lignit sebesar 3,55 persen dan diikuti pertambangan minyak, gas, dan panas bumi sebesar 2,72 persen.
Tabel Kontribusi Industri Ektraktif terhadap PDB Nasional
Lapangan Usaha |
Harga Belaku (Milyar Rupiah) |
Harga Konstan (2010) (Milyar Rupiah) |
Laju Pertumbuhan (Harga Konstan) |
Distribusi terhadap PDB Harga Berlaku |
|||
2020 |
2021 |
2020 |
2021 |
YoY |
% |
||
Produk Domestik Bruto |
15,438,017.5 |
16,970,789.2 |
1,072,054.8 |
1,111,868.5 |
3.69 |
|
|
Pertambangan dan Penggalian
|
993,541.9 |
1,523,650.1 |
790,475.2 |
822,099.5 |
4.00 |
8.98 |
|
1 |
Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi |
332,559.6 |
461,703.0 |
272,583.2 |
260,546.1 |
-4.42 |
2.72 |
2 |
Pertambangan Batubara dan Lignit |
283,194.7 |
603,138.0 |
245,498.6 |
261,709.8 |
6.60 |
3.55 |
3 |
Pertambangan Bjih Logam |
130,956.9 |
204,590.1 |
105,829.4 |
129,999.6 |
22.84 |
1.21 |
4 |
Pertambangan Penggalian Lainnya |
246,830.7 |
254,219.0 |
166,564.0 |
169,844.0 |
1.97 |
1.50 |
Sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) mencatat kinerja yang baik selama tahun 2021, di tengah tantangan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Investasi sektor ESDM sepanjang tahun 2021 juga mengalami perbaikan dibandingkan tahun 2020. Subsektor hulu migas memberikan kontribusi investasi terbesar yaitu USD10,89 miliar dan subsektor minerba memberikan kontribusi investasi sebesar USD 4,52 miliar. Langkah-langkah strategis telah dilakukan Kementerian ESDM untuk mendorong peningkatan investasi, antara lain pemberian insentif, mengatasi kendala pembebasan lahan, mempermudah proses perizinan, mendorong pertumbuhan demand listrik untuk smelter, kawasan ekonomi khusus, kawasan industri, serta pelanggan besar lainnya, serta mengatasi dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan terhambatnya aktivitas belanja modal dan mobilitas tenaga kerja. Berikut adalah target dan realisasi investasi subsektor migas dan minerba.
Grafik Investasi Sektor Hulu Mineral dan Batubara
Gambar Investasi Sektor Hulu Minyak dan Gas Bumi
Sumber: Ditjen Migas dan Ditjen Minerba, KESDM
Data BPS menunjukan pada tahun 2021, jumlah tenaga kerja Indonesia pada sektor Migas dan Minerba mencapai 1.443.422 pekerja. Berikut adalah jumlah tenaga kerja di sektor migas dan minerba pada tahun 2021.
Tabel Tenaga Kerja Sektor Migas dan Minerba
Uraian |
2021 |
|||
Laki |
Perempuan |
Total |
||
Pertambangan dan Penggalian |
1.340.795 |
102.627 |
1.443.422 |
|
1 |
Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi |
112.506 |
6.115 |
118.621 |
2 |
Pertambangan Batubara dan Lignit |
209.128 |
8.579 |
217.707 |
3 |
Pertambangan Bijih Logam |
513.257 |
29.905 |
543.162 |
4 |
Pertambangan dan Penggalian Lainnya |
505.904 |
58.028 |
563.932 |