Dalam sub sektor minyak dan gas (migas), transportasi menjadi bagian yang sangat penting dalam mendukung rantai distribusi energi dari hulu ke hilir. Sistem transportasi yang efisien memungkinkan pengangkutan minyak mentah dan gas bumi secara aman, tepat waktu, dan sesuai dengan kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Salah satu pemain utama di sektor ini adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), yang melalui anak perusahaannya, Pertamina Gas (Pertagas), mengelola jaringan transportasi gas dan minyak yang luas di Indonesia.
PT Perusahaan Gas Negara
Pendapatan baik dari Transmisi Gas maupun Transportasi Minyak, berdasarkan laporan Tahunan PGN, juga ada yang diperoleh dari pihak ketiga, yakni sebesar 26.538.740 USD dan 25.351.629 berturut-turut pada tahun 2022 dan 2023 untuk transmisi Gas serta 7.195.212 USD dan 35.264.660 USD untuk transportasi minyak pada tahun 2022 dan 2023 (Laporan Keuangan PGN 2022; Laporan Keuangan PGN 2023).
Ikhtisar realisasi total volume pengangkutan, baik untuk Gas dan Minyak Bumi, yang dilakukan oleh PGN melalui anak Perusahaannya, Pertamina Gas (Pertagas), dapat dilihat pada Ikhtisar Laporan Tahunan Pertagas tahun 2023
Kegiatan transportasi gas yang dilakukan Pertamina Gas berasal dari pengiriman (shipper) sesuai Perjanjian Pengangkutan Gas (PPG) / Gas Transportation Agreement (GTA) (Detail ada di halaman 641 Laporan Tahunan Pertagas). Shipper yang dimaksud dapat berupa perusahaan kontraktor Kontrak Karya Kerja Sama (KKKS), pembangkit listrik, pabrik pupuk, dan industri. Pertamina Gas melakukan transportasi berdasar Penetapan Tarif dan Hak Khusus dari Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas. Transportasi Gas dapat dilakukan melalui pipa transmisi. Hingga akhir tahun 2023 pipa transportasi gas terdiri atas 62 ruas, dengan total panjang pipa transmisi 2.729,85 kilometer dan pipa non transmisi 200,444 kilometer, tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur (Halaman 74 Laporan Tahunan Pertagas Tahun 2023).
Sementara itu, Pertamina Gas juga menjalankan usaha transportasi minyak mentah di Sumatera bagian selatan, melalui ruas pipa minyak Tempino-Plaju yang menggantikan pipa eksisting yang telah berumur lebih dari 70 tahun. Ruas pipa baru ini mengamankan pasokan minyak ke Kilang Refinery unit III Plaju yang dioperasikan PT Kilang Pertamina Internasional. Panjang pipa transmisi minyak di Operation Central Sumatera Area adalah 262 Km, yang terdiri dari 1 ruas pipa. Ruas pipa ini mengamankan pasokan minyak ke Refinery Unit III Plaju yang dioperasikan PT Kilang Pertamina Internasional (Halaman 80 Laporan Tahunan Pertagas Tahun 2023) (laporan_tahunan_2023.pdf (pgn.co.id); Annual Report 2022 (pgn.co.id)).
Tabel 2. Realisasi Volume Transportasi Gas (Halaman 232)
Di dalam laporan tahunan, pada segmen usaha transportasi gas, Perusahaan berhasil menyalurkan gas pada tahun 2023 sebesar 526.499 MMSCF, realisasi ini naik 8,38% dari tahun 2022 yaitu 485.808 MMSCF. Peningkatan usaha transportasi gas ini disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut:
- Terdapat kenaikan pengaliran gas di ONSA karena kenaikan committed kargo LNG shipper.
- Terdapat kenaikan pengaliran gas di OEJA karena peningkatan pengaliran dari Jambaran Tiung Biru dan kenaikan serapan di offtaker.
- Terdapat kenaikan pengaliran gas di OKA karena tingginya pengaliran gas beberapa shipper setelah periode maintenance pada tahun 2022
Tabel 3. Realisasi Volume Transportasi Minyak (Halaman 243-244)
Realisasi volume transportasi minyak pada tahun 2023 mencapai 56,86 juta barrel. Volume tersebut mengalami peningkatan sebesar 304,92% dibandingkan realisasi tahun 2022 sebesar 14,04 juta barrel. Hal ini disebabkan oleh tingginya pengaliran minyak dari di Pipa Minyak Rokan, masuknya shipper baru di Pipa Minyak Rokan, dan momentum harga minyak yang tinggi yang berdampak pada optimalnya produksi shipper di Pipa Minyak Tempino-Plaju.
Secara umum, pendapatan transportasi minyak mengalami kenaikan sebesar 182,61 % dari USD56,98 juta pada tahun 2022 menjadi USD161.014 juta pada tahun 2023. Secara signifikan kenaikan ini disebabkan karena tingginya pengaliran minyak dari di Pipa Minyak Rokan dan Pipa Minyak Tempino-Plaju