Webinar Knowledge Sharing “Kemitrasejajaran Gender”
Webinar Knowledge Sharing “Kemitrasejajaran Gender”
Rabu, 1 Desember 2021, lalu Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, KESDM mengadakan webinar yang bertajuk “Kemitrasejajaran Gender : Peran Perempuan dalam Pembangunan” dimana kali ini mengulik bagaimana peran perempuan di sektor pertambangan dengan menghadirkan Ibu Febriany Eddy (CEO PT. VALE Indonesia) dan Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc, Ph.D (Dekan Fakultas Geologi UNPAD). “Perlu melakukan upaya-upaya dalam rangka peningkatan kapasitas building gender didalam kemitrasejajaran di sektor esdm, ujar Kepala BPSDMA, Bapak Prahoro Yulijanto, saat membuka webinar .
Kemitraasejajaran gender di PT. VALE Indonesia adalah belajar bersama untuk meningkatkan kualitas hidup dan membangun masa depan yang lebih baik dengan menghargai semua orang yang membangun perusahaan. Kepintaran bersama dimana dibutuhkan pemikiran dari keragaman itu penting jika ada inklusif dimana bisa bersuara untuk memecahkan persoalan dan kesetaraan kesempatan (berdasarkan studi bukan opini), ujar Ibu Febriany Eddy (CEO PT. VALE Indonesia). Inisiatif kesetaraan gender partisipasi perempuan dalam tenaga kerja meningkat menjadi 8,9% di tahun 2021, dengan memberikan diversity and inclusion, pelatihan, gender bias, harassement training, menyiapkan fasiltas kerja yang memadai bagi pekerja perempuan , kebijakan cuti melahirkan selama 4 bulan bagi pekerja perempuan, forum pekerja perempuan, leadership development program bagi pekerja dan talenta local serta model kerja yang flexible (vale’s journey). PT. VALE merupakan perusahaan tambang pertama yang berpartisipasi dalam Gender Equality Assessment Results and Strategies (GEARS), dan sudah mulai untuk diimplementasikan.
Disampaikan pula oleh Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc, Ph.D bahwa berdasarkan survey sekitar 74% kesetaraan gender di Indonesia belum tercapai untuk saat ini , adapun 23 % wanita sudah sejajar dengan pria diberbagi bidang. Geologis, geochemist, geophysist dan geometalurgist merupakan peran perempuan dalam pengelolaan pertambangan. Adanya ketimpangan gender di sektor pertambangan diantaranya jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan sekitar 10%, adanya anggapan perempuan tidak cocok melakukan pekerjaan di industry pertambangan, diabaikan dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk diangkat menjadi pimpinan, penerapan di tataran pimpinan dan managemen <5%. Perlu adanya inisiatif untuk perubahan bagi pekerja tambang adalah aturan komprehensif untuk mencegah kekerasan dan pelecehan seksual di tempat kerja, adanya kontribusi berbagai pihak , perusahaan merencanakan program pencapaian kesetaran gender setiap tahunnya, memberikan program pelatihan, menetapkan peraturan perusahaan yang inklusif seperti fasilitas kamar mandi , ruang ganti keamanan kerja, ruang laktasi bagi pekerja perempuan, serta dibentuk asosiasi yang menfasilitasi diskusi soal kekerasan , pelecehan seksual dan diskriminasi di sektor pertambangan.
Pengarusutamaan peran gender di sektor pertambangan juga merupakan salah satu perhatian dari lembaga-lembaga internasional salah satunya Extractive Industries Transparency Initiative (EITI). Berdasarkan Standar EITI 2019, bahwa keterbukaan data di industry ektraktif diharapkan dapat mencakup informasi hingga level terpilah. Perlunya mulai dilakukan pengumpulan data hingga disaggregate informasi tenaga kerja di industri ektraktif, sehingga nantinya dapat melihat kemajuan kebijakan, pengungkapan untuk memastikan akses perlindungan atas kesenjangan dan kiranya ada hal-hal yang memerlukan perbaikan. Diharapkan perusahaan juga perlu mengatur kerangka kebijakan dan hukum yang mencakup dampak sosial dan lingkungan terhadap kesetaraan gender di dalam pelaksanaan industri ektraktif.