Webinar EITI: Transparency In Transition
Webinar EITI: Transparency In Transition
Webinar“Transparency in Transition” yang diselenggarakan oleh EITI pada 4 November 2021 merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan COP 26 di Glasgow, dimana Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Bapak Ego Syahrial berkesempatan menjadi pembicara untuk membahas kunci sukses Indonesia menuju transisi energi rendah karbon.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk menanggulangi perubahan iklim. Selain itu Presiden Joko Widodo telah menyampaikan dalam beberapa pidato serta dalam pertemuan COP, mengenai komitmen Indonesia dalam mengejar teknologi hijau dan bersih untuk industri sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sesuai dengan dokumen NDC (Nationally determined contributions) yang telah disampaikan sebelumnya, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29% (dengan usaha sendiri), atau 41% (dengan bantuan internasional) pada Tahun 2030. Total penurunan emisi dari sektor energi ditargetkan 314 juta ton CO2eq pada Tahun 2030. Penurunan tersebut berasal dari beberapa program mitigasi seperti pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, dan reklamasi pasca tambang. Hal ini didukung oleh komitmen kolektif global untuk menjaga pemanasan global di bawah 2˚C sejalan dengan komitmen pada Paris Agreement.
Perencanaan transisi energi akan membantu pemerintah menghubungkan komitmen perubahan iklim mereka dengan prioritas pembangunan di sektor ekstraktif dan mengidentifikasi peluang investasi, memberdayakan masyarakat yang bergantung pada industri ekstraktif untuk menyesuaikan diri dengan ekonomi iklim baru, serta membantu perusahaan memaksimalkan pengembalian pemegang saham melalui manajemen risiko investasi yang lebih baik dan lebih baik.
Sebagai tindakan kolaboratif, landscape energi global saat ini sedang bertransisi ke ekonomi rendah karbon. Dalam konteks ini, Indonesia telah menyiapkan roadmap transisi energi menuju carbon neutral untuk periode 2021 – 2060 dengan Strategi utama yaitu menjadikan pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai prioritas, yang berfokus pada sumber daya energi surya, hidro, dan panas bumi, sementara pada saat yang sama juga mempertimbangkan pemanfaatan hidrogen; Pengurangan pemanfaatan energi fosil, melalui pemberhentian bertahap PLTU, konversi PLTD menjadi gas dan energi terbarukan, serta tidak ada penambahan PLTU baru kecuali telah disepakati pada kontrak sebelumnya atau dalam tahap konstruksi. Adapun terkait dengan pemberhentian penggunaan PLTU, Indonesia telah menyiapkan skema Energy Transition Mechanism (ETM) dengan sumber pembiayaan antara lain bank multilateral (termasuk pinjaman lunak, blended finance untuk stimulus insentif energi terbarukan), investor institusi sektor swasta (domestik dan internasional), dan investor jangka panjang dengan biaya dan bunga rendah.
Adapun tantangan dan resiko yang akan dihadapi dalam melakukan transisi energi diantaranya adalah:
- Turunnya konstribusi industri ekstraktif terhadap perekonomian nasional, pada tahun 2020 industri ekstraktif berkontribusi sekitar US$ 8,4 Miliar, dan lebih dari 200 ribu pekerja
- Diperlukan transformasi ekonomi di sekitar wilayah industri ekstraktif
- Mitigasi dampak sosio ekonomi daerah, pekerja dan masyarakat.
- Diversifikasi usaha industri ekstraktif untuk memproduksi bahan dasar untuk mendukung transisi energi seperti produk olahan batubara bersih, baterai dan logam tanah jarang.
- Berdasarkan potensi resiko dan tantangan yang ada diperlukan keterlibatan efektif sebagaikunci sukses menuju transisi energi rendah karbon, sehingga diharapkan kolaborasi dari semua stakeholder untuk dapat meningkatkan upaya kita menjaga agar industri ekstraktif terus berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan mendukung transisi energi.