Sekretariat EITI International Roundtable Discussion: Beneficial Ownership
Sekretariat Eiti International Roundtable Discussion: Beneficial Ownership
Rabu, 23 Februari 2022
Diskusi yang diselenggarakan oleh EITI International, acara ini bertujuan melibatkan perusahaan ekstraktif dalam percakapan tentang pentingnya Transparansi Kepemilikan Manfaat (BOT) bagi perusahaan, tantangan pengungkapan informasi Beneficial Ownership dan bagaimana hal ini ditangani di tingkat global dan negara, diskusi ini dipimpin oleh moderator Brenda Jay Angeles Mendoza, menjabat sebagai Asia Country Manager dan Emanuel Bria selaku Asia Country Officer, EITI International Secretariat.
Opening Remark dibuka oleh Thom Townsend selaku Executive Director, Open Ownership menyampaikan ini merupakan suatu kehormatan dalam acara ini karena penting, bisa menghadirkan perwakilan perusahaan dalam program open extractive dalam program 5 tahun kedepan dari 15 negara dalam memenuhi standar EITI, untuk mendukung secara efektif dari informasi kepada masyarakat perusahaan dan pelaku kepentingan lainnya. Kita harus menjalankan proses ini secara efektif dari perusahaan ekstraktif untuk melakukan pendekatan dalam keterbukaan kepemilikan manfaat, dari bisnis proses yang aman dalam menggunakannya, dengan mendukung dalam tools untuk membuat disclosure dapat bermanfaat sehingga dapat dengan mudah dan sederhana. Berfikir secara lebih luas apa saja kendala dan risiko yang dihadapi dalam keterbukaan kontrak, acara ini diadakan untuk memberi pendapat dari para perusahaan ekstraktif manfaat apa yang diterima.
Melalui program Opening Extractives, EITI dan Open Ownership juga berkolaborasi untuk mempromosikan transparansi Beneficial Ownership. Program ini bertujuan untuk membuat perbedaan dramatis dan berkelanjutan pada tingkat informasi yang tersedia untuk umum tentang individu yang memiliki dan mengendalikan perusahaan ekstraktif.
Indonesia dan Filipina menawarkan kesamaan yang menarik dalam kerangka peraturan untuk mengungkapkan informasi Beneficial Ownership dan dalam pengalaman mencapai partisipasi yang kuat dari perusahaan ekstraktif. Namun, masih ada tantangan dalam hal tingkat kepatuhan perusahaan yang mengirimkan data BO mereka ke register perusahaan di kedua negara. Dalam hal ini perusahaan dari kedua negara dapat berbagi pengalaman dan belajar dari satu sama lain bagaimana mengatasi tantangan terkait pengungkapan data BO dan bagaimana pengungkapan informasi ini menguntungkan perusahaan seperti menciptakan level playing field untuk operasi dan investasi perusahaan, membantu perusahaan menjadi lebih baik melakukan proses uji tuntas ketika melakukan pengadaan atau keputusan investasi, dll.
Sophie Donszelmann, selaku Senior Programme Officer, International Council for Mining and Metals (ICMM) menjelaskan beberapa hal Isu BOT sudah dimulai dari agenda 10 tahun lalu yang dibuat oleh perusahaan itu sendiri, mereka mempunya kepentingan akan berbinis dengan siapa yang menjadi bagian dalam due diligence, perusahaan sudah menginisiasi BOT, manfaat bagi perusahaan mendapatkan informasi dengan siapa perusahaan bekerja sama dengan siapa bermitra untuk menghindari kemitraan yang korup, ICMM juga memberikan laporan kesenjangan antara negara yang memiliki pertambangan dan yang tidak dan dapat memberikan lisensi sosial untuk sektor industri sektor ekstraktif dalam memberikan BOT yang selaras dengan hukum, sehingga dapat dilihat oleh masyarakat
Open Ownership membuat panduan secara teknis untuk data BO sehingga dapat digunakan denga aman, memberikan panduan teknis dan Tools untuk data terkait BO untuk membangun sebuah sistem, tantangannya adalah dalam data BO adalah melalui perusahaan Join Venture dan standar data dari kepemilikan manfaat yang bisa dilihat dan digunakan untuk perusahaan dimana dapat dikembangkan dengan panduan teknis untuk menghubungkan antara perusahaan dan negara tutur Stephen Abbott Pugh selaku Data and Technology Manager, Open Ownership
Pemberi tanggapan dari Indonesia Muhklis Ishak, selaku Vice President Tax, Freeport Indonesia memaparkan, PTFI menjadi bagian dari Freeport Mackmoran yang terdapat di saham new york dan juga dimilki oleh MIND sebesar 51%, PTFI membayar pajak yang cukup besar kepada pemerintah Indonesia mencapai USD 2 miliar untuk tahun 2021, dari tahun 2008 kami sudah mempublikasikan data kepemilikan manfaat yang dapat dilihat di Website, Freeport Indonesia juga berpartisipasi dalam berbagai diskusi untuk memajukan data BOT, terkait tantangan dan resiko PTFI sudah dimiliki oleh pemerintah indonesia, tidak ada resiko kepemilikan manfaat karena kami membuka semua informasi tentang perusahaan dalam situs Web BUMN dan terhubungan situs FCX.com, informasi kepemilikan manfaat terdapat proxy statement, pengungkapan informasi BO ini adalah hal yang sudah dimandatkan dari FCX, topik kepemilikan manfaat dalam menjalankan praktek bisnis untuk melakukan due diligence, kami melakukan assesment terkait akan berbisnis dengan siapa, memfasilitasi untuk kepentingan masalah perpajakan dan pelaku kepentingan, dan memiliki kepatuhan dari hulu ke hilir serta dalam mendapatkan informasi yang akuntabilitas membutuhkan komitmen dari pemimpin bisnis untuk pentingnya dalam mengungkapkan data kepemilikan manfaat
Tanggapan perwakilan Filipina Atty. Joan D. Adaci-Cattilin sebagai Director and President, OceanaGold Philippines adalah kami mendukung transparansi untuk mencapai tujuan pertambangan dengan masa depan yang lebih baik, perusahaan kami terdaftar secara publik, kami selalu membutuhkan kepemilikan manfaat untuk melihat standar dan prinsip praktek pertambangan yang baik, pengungkapan informasi dapat menghindari praktek korupsi, kami mengantisipasi dalam industri ekstraktif dan menimbang dalam sesi panel narasinya hampir semua negatif, dapat menimbulkan pencucian uang, penting untuk memiliki lisensi sosial, sering sekali di dalam perusahaan terdapat praktik pencucian uang dan korupsi, Kami menggunakan data BO untuk melakukan due diligence ke semua kontraktor, sebuah perusahaan melakukan due diligence dalam petinggi perusahaan kami tidak masalah, tapi yang terpenting adalah siapa yang menjadi pengambil keputusan dalam perusahaan tersebut, dampak perusahaan tidak mengungkap BO perlu untuk diberikan penalty, namun bagaimana jika perusahaan sudah mengungkap dengan data yang akurat dan akuntabilitas namun disalahgunakan oleh pengguna data ini juga harus kita selesaikan kedepannya, di Filipina mempunyai tim peneliti teknis untuk perubahan data kepemilikan manfaat dan terdapat BO registry di Filipina https://pheiti.dof.gov.ph/boregistry/
Pada concluding remarks Director of Country Programmes, Open Ownership Karabo Rajuili memberikan kesimpulan beberapa hal penting didalam diskusi ini diantaranya adalah:
- Perusahaan yang harus mempelopori keterbukaan BOT, adanya komitmen dari supplier dan kemitraan dari perusahaan pemerintah dan tingkat nasional
- Pentingnya pendekatan sifatnya holistic, bukannya hanya disclosure tetapi perlu adanya pendekatan diseluruh rantai pasokan
- Bukan hanya mengimplementasikan informasi ini tetapI juga menguji data transparansi kepemilikan manfaat
- Pentingnya memiliki lisensi sosial untuk praktek bisnis
- Bagaimana perusahaan menggunakan data BO dalam isu kepatuhan dan kualitas dari data BO
- Terdapat hambatan dari badan registry itu sendiri dan sistem yang belum terstandarisasi